Nama Anggota Kelompok :
JURNAL 1
ALI
JAKARIA
CYNTHIA
PUSPITA SARI WIBO
FAHRUR
ROZI
HAFIZH
ORYZA
MEIDIA
LESTARI
REKNO
AYU ASTUTI
PRASETYO
ADI NUGROHO
Tema:Peranan Gaya Kepemimpinan yang Efektif
Abstrak
Kepemimpinan
merupakan suatu hal yang seharusnya dimiliki oleh setiap
pemimpin
organisasi. Efektivitas seorang pemimpin ditentukan oleh
kepiawaiannyamempengaruhi dan mengarahkan para anggotanya. Di dalam rangka
untuk mengujigaya kepemimpinan yang efektif di Toserba Sinar Mas, Sidoarjo,
maka penelitian inidilakukan untuk membuktikan hubungan antara gaya
kepemimpinan dengansemangat dan kegairahan kerja.
Di dalam
penelitian ini diungkapkan bahwa gaya kepemimpinan yang efektif
adalah
kepemimpinan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari orang-orangyang
dipimpin. Indikasi turunnya semangat dan kegairahan kerja ditunjukkandengan
tingginya tingkat absensi dan perpindahan karyawan. Hal itu timbul sebagaiakibat
dari kepemimpinan yang tidak disenangi.
Kata kunci: gaya kepemimpinan, semangat kerja, kegairahan kerja,
tingkat
absensi,
tingkat perpindahan
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Dewasa ini
di Indonesia banyak bermunculan usaha baru dengan berbagai jenis
usaha.Munculnya perusahaan-perusahaan ini diharapkan akan menambah luasnya
lapangankerja bagi masyarakat Indonesia. Di sisi yang lain perusahaan tidak
mungkin mengoperasikan kegiatannya tanpa adanya manusia, karena faktor tenaga
kerja manusiamemegang peranan yang sangat penting dalam pencapaian tujuan
perusahaan.
Pembahasan
Dalam
kenyataannya pemimpin dapat mempengaruhi semangat dan kegairahan
kerja,keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu
organisasi. Parapemimpin juga memainkan peranan kritis dalam membantu kelompok,
individu untukmencapai tujuan.Ralph M. Stogdill mendefinisikan kepemimpinan
sebagai berikut: kepemimpinanmanajerial adalah proses mengarahkan dan
mempengaruhi kegiatan yang berhubungandengan tugas dari anggota kelompok
(Stoner, 1986:114). Sementara itu menurut A.M.Kadarman, Sj dan Jusuf Udaya
kepemimpinan didefinisikan sebagai seni atau proses
untuk mempengaruhi
dan mengarahkan orang lain agar mereka mau berusaha untukmencapai tujuan yang
hendak dicapai kelompok (Kadarman et.al, 1992:110). MenurutKae H. Chung dan
Leon C Megginson kepemimpinan didefinisikan sebagai kesanggupanmempengaruhi
prilaku orang lain dalam suatu arah tertentu (Kossen, 1986:181).Sedangkan
menurut Edwin A. Fleishman kepemimpinan diartikan suatu usahamempengaruhi orang
antar perseorangan (interpersonal) lewat proses komunikasi untukmencapai satu
atau beberapa tujuan (Gibson, Ivancevich and Donnely, 1987:263).
Darirumusan-rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah
kemampuanmempengaruhi dan mengarahkan orang lain untuk tercapainya suatu tujuan
tertentu.
Kesimpulan
Berdasar
uraian bagian-bagian yang terdahulu maka dapat diambil kesimpulan
sebagai
berikut:
-
Pimpinan perusahaan Toserba Sinar Mas menerapkan gaya
kepemimpinan yangotokrasi (cenderung lebih mengutamakan terhadap peran yang
diorientasikan padapelaksanaan tugas semata).
- Semangat dan kegairahan kerja rendah
berkaitan erat dengan ketidakpuasankaryawan terhadap penerapan gaya
kepemimpinan perusahaan.
- Turunnya semangat dan kegairahan kerja mengakibatkan
karyawan bekerja kurangefektif.
Daftar
Pustaka
Anto Dajan,
1986, Pengantar Metode Statistik , Jilid I, Edisi kesebelas, Penerbit LP3ES,
Jakarta.
Alex
Nitisemito, 1991, Manajemen Personalia, Edisi Kedelapan, Penerbit Ghalia
Indonesia,
Jakarta.
Drucker,
Peter.F, 1979, Manajemen: Tugas, Tanggung jawab dan Praktek ,
Terjemahan,Penerbit PT Gramedia, Jakarta.
Flippo,
Edwin B, 1984, Personel Management, Sixth Edition, McGraw Hill, New York.
Gibson,
Ivancevich and Donnely, 1987, Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses,
Edisikelima, Terjemahan, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Kadarman,
A.M., et.al, 1992, Pengantar Ilmu Manajemen: buku panduan mahasiswa,Jakarta,
A.A. Bakelma VitgeversB.V.
Kossen,
Stan, 1986, Aspek Manusiawi dalam Organisasi, Terjemahan, Penerbit
Erlangga,Jakarta.
Likert,
Rensis, 1986, Organisasi Manusia: Nilai dan Manajemen, Edisi Baru,
Terjemahan,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Stoner,
James A.F., 1986, Manajemen, Jilid II, Edisi Kedua, Terjemahan, Penebit
Erlangga,
Jakarta.
JURNAL 2
Tema
: Komunikasi
Pendahuluan
Bahasa merupakan
komponen terpenting dalam kelanjutan hidup manusia. Manusia tidak akan
melanjutkan hidup ini dengan baik dan teratur tanpa ada bahasa. Bisa dikatakan
bahwa bahasa sebagai bagian dari kebutuhan primer, sebagai pengatur, bahkan
bahasa sebagai senjata yang paling ampuh untuk membentengi diri dari sesuatu.
Pembahasan
Komunikasi adalah
"suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa orang, kelompok,
organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar
terhubung dengan lingkungan dan orang lain". Pada umumnya, komunikasi
dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah
pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya,
komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan,
menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.
ARTI
PENTING KOMUNIKASI
Komunikasi itu penting,
semua orang tahu, karena ini merupakan basic instinct dari setiap makhluk hidup.
Setiap makhluk punya cara komunikasi masing-masing, setiap manusia pun tak
lepas dari cara dia melakukan komunikasi. Kita tak bisa membeda-bedakan bahasa,
suku, adat, kebiasaan, tradisi maupun agama karena pada dasarnya berkomunikasi,
menyampaikan pesan itu asal dilakukan dengan baik dan benar, serta dalam
keadaan saling terbuka, fikiran jernih tanpa sentimen dan perasaan negatif,
pasti maksud yang ingin disampaikan dapat diterima.
JENIS
DAN PROSES KOMUNIKASI
Contoh model komunikasi
yang sederhana digambarkan dibawah ini :
Pengirim—>Berita—>Penerima
KOMUNIKASI
YANG EFEKTIF
Komunikasi efektif yaitu komunikasi
yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang lain yang
bisa terlihat dalam proses komunikasi.
Kelebihan
& Kelemahan Komunikasi
Keunggulan: mendekatkan
mereka yang jauh, mempermudah berhubungan dengan dunia luar.
Kelemahan: terlalu
sering berkomunikasi menggunakan jaringan menyebabkan renggangnya hubungan
dengan orang-orang disekitar lingkungan hidup, mempersedikit komunikasi
langsung.
Kesimpulan
Dalam bahasan mengenai
komunikasi ini adalah dimana komunikasi penting dimana Manusia tidak akan
melanjutkan hidup ini dengan baik dan teratur tanpa ada bahasa , dan
menggunakan informasi agar terhubung dengan orang lain pesan itu asal dilakukan
dengan baik dan benar, serta dalam keadaan saling terbuka, fikiran jernih tanpa
sentimen dan perasaan negatif, pasti maksud yang ingin disampaikan dapat
diterima.
Daftar
Pustaka
JURNAL 3
Tema : Kepemimpinan Dalam Menejemen Berbasis Sekolah
IDENTITAS
Jurnal yang berjudul kepemimpinan
dalam berbasis sekolah di terbitkan oleh bapak Mulyo Prabowo pada tahun
2011 dengan mengambil refrensi dari Agus Dharma. 2003. Manajemen BerbasisSekolah (www.ed.
Manajemen Berbasis Sekolah.html). American Association
of School Administrators, National Association of Elementary School Principals,
and National Association of Secondary School Principals. 1988. School-Based Management:
A Strategy for Better Learning. Arlington, Virginia. Cynthia
D. McCauley, Russ S. Moxley, Ellen Van Velsor. 1998. The Centre
For Creative Leadership: Handbook of Leadership Development. San
Francisco: Jossey-Bass Publisher Kotter, John. 1996. Leading
Change. Boston, Massachusetts: Harvard Business SchoolPress.
LATAR BELAKANG
Sejarah persekolahan di Indonesia sudah dimulai sejak jaman
penjajahan dengan segala permasalahannya. Sejak Indonesia merdeka, ekspektasi
negara, masyarakat, dan keluarga terhadap sekolah sedemikian
besar, sehingga setiap pemerintahan di negara ini selalu menjadikan
isu pendidikan dan sekolah menjadi sentral untuk menunjukkan kepada masyarakat
bahwa negara sangat “concern” dalam rangka legitimasi pemerintahannya.
Dengan disahkannya UU Sisdiknas tahun 2003, terjadi
pergeseran paradigma pendidikan dari sentralistik menjadi desentralistik. Pasal
51 UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20//2003 menyatakan bahwa “Pengelolaan
satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan
berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis
sekolah/madrasah”. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan konsep
pengelolaan sekolah yang ditujukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di era
desentralisasi pendidikan. Manajemen berbasis sekolah diharapkan mampu menjawab
tantangan jaman dan ekpektasi negara, masyarakat, serta keluarga terhadap
sekolah.
Untuk mewujudkan harapan terhadap sekolah dan persekolahan
tersebut, maka masih dibutuhkan beberapa faktor pendukung lainnya, antara lain
adalah faktor pemimpin atau kepemimpinan yang mampu mengarahkan sebuah visi
menjadi misi bersama. Pertanyaannya kemudian adalah pemimpin atau kepemimpinan
seperti apa yang mampu mengawal kebijakan manajemen berbasis sekolah tersebut
sampai ke tujuan yang diharapkan.
Pada era otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan muncul
kebijakan program dari Departemen Pendidikan Nasional, yaitu Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS). Program ini merupakan upaya peningkatan mutu
pendidikan melalui pendekatan pemberdayaan sekolah dalam mengelola
institusinya. Munculnya gagasan ini dipicu oleh ketidakpuasan atau
kegerahan para pengelola pendidikan pada level operasional atas keterbatasan
kewenangan yang mereka miliki untuk dapat mengelola sekolah secara mandiri.
Umumnya dipandang bahwa para kepala sekolah merasa nirdaya karena terperangkap
dalam ketergantungan berlebihan terhadap konteks pendidikan. Akibatnya, peran
utama mereka sebagai pemimpin pendidikan semakin dikerdilkan dengan rutinitas
urusan birokrasi yang menumpulkan kreativitas berinovasi.
Dengan kebijakan MBS tersebut, maka institusi sekolah
sebagai unit operasional secara langsung menangani segala hal yang berkaitan
mempunyai peran yang sangat besar. Seluruh komponen persekolahan yakni kepala
sekolah, para guru, komite sekolah dan masyarakat harus berbenah diri dan
terlibat aktif dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Namun permasalahan
yang muncul kemudian adalah siapakah yang harus berperan memimpin dan
bagaimanakah mengembangkan kepemimpinan untuk mewujudkan konsep ideal kebijakan
MBS tersebut. Desentralisasi dan otonomi merupakan suatu given pada saat ini,
sementara sebagian besar mind set para pemimpin di daerah maupun unit sekolah
kadang masih bersifat sentralistik.
METODE
Metode yang digunakan dalam pengembangan
kepemimpinan (leadership development) adalah perluasan kapasitas sesorang untuk
menjadi efektif dalam peran dan proses kepemimpinan. Peran dan proses
kepemimpinan merupakan peran dan proses yang memungkinkan kelompok orang dapat
bekerja bersama dengan cara yang produktif dan bermanfaat.
Banyak yang berpendapat bahwa sebuah
organisasi akan efektif, apabila dikelola dengan manajemen yang
baik. Pendapat ini tidak salah seluruhnya, akan tetapi sebenarnya faktor
kepemimpinan-lah yang mampu menggerakkan organisasi menjadi efektif, sementara
para manajemen akan menjalankan tugasnya agar lebih efisien. Selama beberapa dekade, banyak orang yang menekankan
manajemen karena lebih mudah diajarkan dibanding dengan kepemimpinan.
Manajemen adalah seperangkat proses yang dapat menjaga
sistem yang kompleks, terdiri dari orang dan teknologi dan berjalan secara
perlahan. Aspek-aspek terpenting dalam manajemen meliputi perencanaan,
penganggaran, organizing, staffing, pengawasan, dan pemecahan masalah.
Kepemimpinan adalah seperangkat proses yang menciptakan organisasi mampu
mengadaptasi pada lingkungan yang berubah secara signifikan. Kepemimpinan
mendefinisikan seperti apakah masa depan itu, membimbing orang sesuai dengan
visi tersebut, dan memberi inspirasi kepada mereka untuk membuat hal itu
terjadi meskipun banyak hambatan (John P. Kotter, 1996).
KONTRIBUSI PENELITIAN
Dengan diundangkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, maka seluruh institusi yang berkaitan
dengan UU tersebut otomatis harus melaksanakan sesuai dengan ketentuan yang
termaktub di dalamnya. Sesuai dengan amanat UU tersebut, maka paradigma
pendidikan berubah dari yang bersifat sentralistik menuju ke arah
desentralistik.
Perubahan paradigma ini mempunyai dampak yang luas di bidang
pendidikan dan persekolahan di Indonesia. Seluruh institusi pendidikan siap
atau tidak harus mulai merubah dan berubah sesuai dengan ketentuan
undang-undang. Berlandaskan ketentuan UU No. 20 Tahun 2003 diluncurkan
kebijakan tentang persekolahan, yakni Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Sebelum
desentralisasi, beberapa sekolah di Indonesia sudah ada yang melaksanakan
prosesManajemen Berbasis Sekolah (MBS) secara mandiri dan mereka mampu
mengatasi banyak masalah-masalah yang berkaitan dengan pengembangan sekolah
secara internal. Sekarang ini beberapa propinsi di Indonesia mulai mencoba
menerapkan MBS karena dukungan yang diberikan dari Pemerintah Daerah dan Dinas
Pendidikan. Pelaksanaan MBS sekarang terbukti dapat mengubah kebudayaan
dan sistem, sehingga sekolah berkembang efektif dan "sustainable".
Terjadi transformasi yang sangat luar biasa bagi perkembangan sekolah, maka
dari itu jiwa kepemimpinan dalam memnjalankan Manajamen Berbasis Sekolah
sangatlah penting diterapkan.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Secara
teoritis, semua pihak memang harus terlibat aktif yakni kepala sekolah, para
guru, komite sekolah dan masyarakat yang peduli. Akan tetapi pada prakteknya,
peran Kepala Sekolah dan Komite Sekolah sangat menentukan; kepemimpinan Kepala
Sekolah dan Ketua Komite Sekolah paling menentukan kebijakan sekolah seperti
tanggung jawab pengambilan keputusan tertentu mengenai anggaran, kepegawaian,
dan kurikulum.
Dengan melihat tanggung jawab besar tersebut, maka
pengembangan kepemimpinan dari Kepala Sekolah dan Pemilihan Ketua Komite Sekolah
perlu mendapat perhatian yang serius. Kepala Sekolah dan Ketua Komite Sekolah
perlu diperhadapkan pada serangkaian pengalaman belajar seperti yang mampu
pengembangkan kepemimpinannya. Dalam buku “Handbook Leadership Development”
(1998) diungkapkan bahwa hanya elemen pengalaman yang mengandung penilaian,
tantangan, dukungan merupakan pengalaman yang akan mengembangkan kepemimpinan
seseorang.
Namun pada prakteknya, Kepala Sekolah sebenarnya
merupakan aktor yang paling diharapkan berperan sebagai pemimpin dalam MBS
untuk mewujudkan visi menjadi misi yangfeasible bagi peningkatan
pelayanan dan kualitas sekolah. Pihak-pihak lain seperti, komite sekolah, para
guru, orangtua, dewan pendidikan dan dinas pendidikan diharapkan menyumbang
pada pengembangan kepemimpinan Kepala Sekolah dalam hal, penilaian, tantangan,
dan dukungan.
KESIMPULAN
Kegamangan menjalankan kebijakan ini menuntut kepemimpinan
yang mampu mengarahkan serta mewujudkan visi menjadi misi bersama yang
feasible. Kepala Sekolah diharapkan mampu berperan sebagai aktor yang memimpin
demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Namun, keberhasilan dari Kebijakan
Manajemen Berbasis Sekolah ini dapat tercapai dengan baik apabila didukung
partisipasi stake holder, yakni pemerintah daerah tingkat II melalui Dinas
Pendidikan, Kepala Sekolah, Komite Sekolah, para guru, dan masyarakat yang
terpanggil untuk bersama-sama meningkatkan kualitas mutu pendidikan di sekolah
setempat
KETERBATASAN
PENELITIAN
Dalam
jurnal penelitian penulis belum mengoptimalkan bagaimana cara agar kepemimpinan
dalam Manajemen Berbasis Sekolah diterapkan, penulis hanya mendefinisikan
kepemimpinan itu untuk siapa, sedangkan kita semua sepertinya wajib untuk
menerapkan kepemimpinan tersebut, karena disetiap diri kita masing masing pasti
terdapat jiwa kepemimpinan untuk mengontrol attitude dan sifat, maka jiwa
kepimpinan tersebutlah yang harusnya kita kembangkan dalam diri kita masing
masing
KEKUATAN
PENELITIAN
Dalam
jurnal penelitian ini membawa kita akan pentingnya kepemimpinan termasuk dalam
bidang Manajemen Berbasis Sekolah, khususnya untuk para kepala sekolah yang
diharapkan bisa memajukan pendidikan di Indonesia
RISET
SELANJUTNYA
Penelitian
selanjutnya mungkin lebih bisa mengoptimalkan dalam penerapan kepemimpinan
dalam Manajemen Berbasis Sekolah, dan bagaimana kita bukan hanya kepala sekolah
yang harus menjalankannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar