Mimisan bagi Ghyta Maharani sungguh menyiramkan trauma. Berulang kali
terjadi, darah mengucur dari lubang hidung tak berhenti beberapa hari. Padahal,
bagi kebanyakan orang, dengan sumbatan kapas atau bisa juga daun sirih, darah
pun mampet dalam hitungan menit. “Kalau ada orang bilang menangis darah, dia
benar-benar mengalaminya,” kata Onny, ibunda Gita, di rumahnya di kawasan Duren
Sawit, Jakarta Timur, pekan lalu. Saat ditemui Tempo, Gita duduk diapit ibunya
dan Muhammad al-Amin, ayahnya.
Keluarnya darah dari
pelupuk mata Gita terjadi pada awal ia masuk sekolah menengah pertama, empat
tahun lalu. Saat itu, dua lubang hidung Gita sudah ditutup dengan tampon kapas
dan diperban. Tapi darah dari hidungnya mencari jalan keluar lain. Gita pun
dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. “Itu pengalaman yang paling
susah aku lupakan,” kata Gita, kini 16 tahun.