Tri Rismaharini
Tri
Rismaharini merupakan Wali Kota Surabaya wanita pertama yang menjabat untuk
periode 2010-2015. Sebelum menjabat sebagai wali kota, ia menduduki posisi
sebagai Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP). Di bawah kepemimpinannya sebagai
Kepala DKP hingga wali kota saat ini, Surabaya menjadi kota yang bersih dan
asri. Bahkan kota yang mendapat sebutan Kota Pahlawan ini berhasil meraih
kembali Piala Adipura 2011 untuk kategori kota metropolitan setelah lima tahun
berturut-turut tak lagi memperolehnya.
Wanita
yang akrab disapa dengan nama Risma ini berada di bawah naungan Partai Demokrat
Indonesia Raya (PDIP). Ia terkenal sebagai sosok wanita yang tegas dan tak
kenal kompromi dalam menjalankan tugasnya. Wanita kelahiran 20 November 2011 ini
menjadi salah satu nominasi wali kota terbaik di dunia, 2012 World Mayor Prize,
yang digelar oleh The City Mayors Foundation. Ia terpilih karena segudang
prestasi yang sudah ia torehkan selama menjabat sebagai Wali Kota Surabaya. Ia
dinilai berhasil menata kota Surabaya menjadi kota yang bersih dan penuh taman.
Salah satu buktinya adalah pemugaran Taman Bungkul di tengah kota. Dulunya,
taman tersebut tidak layak disebut taman, namun kini Taman Bungkul menjadi
taman terbesar dan terkenal di kota Surabaya. Selain itu, ia juga telah
berperan besar dalam membangun pedestrian bagi pejalan kaki dengan konsep
modern di sepanjang jalan Basuki Rahmat yang kemudian dilanjutkan hingga jalan
Tunjungan, Blauran, dan Panglima Sudirman.
Penghargaan
Di masa kepemimpinannya,
Kota Surabaya meraih empat kali piala adipura berturut-turut yaitu tahun 2011,
2012, 2013, dan 2014 untuk kategori kota metropolitan. Selain itu, kepemimpinan
Tri Risma juga membawa Surabaya menjadi kota yang terbaik partisipasinya se-Asia
Pasifik pada tahun 2012 versi Citynet atas keberhasilan pemerintah kota dan
partisipasi rakyat dalam mengelola lingkungan.
Pada Oktober 2013,
Kota Surabaya dibawah kepemimpinannya memperoleh penghargaan tingkat
Asia-Pasifik yaitu Future Government Awards 2013 di 2 bidang sekaligus yaitu
data center dan inklusi digital menyisihkan 800 kota di seluruh Asia-Pasifik.
Taman bungkul yang
pernah dipugarnya pun meraih penghargaan The 2013 Asian Townscape Award dari
Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai taman terbaik se-Asia pada tahun 2013.
Pada Februari 2014,
Tri Rismaharini dinobatkan sebagai Mayor of the Month atau
wali kota terbaik di dunia untuk bulan Februari 2014 atas keberhasilannya
selama memimpin Kota Surabaya sebagai kota metropolitan yang paling baik penataannya.
Pada bulan April
2014, Risma mengklaim bahwa Kota Surabaya telah mendapatkan penghargaan
Socrates Award untuk kategori Future City dari European Business Assembly
(EBA), yang kemudian diarak di kota Surabaya. Namun, penghargaan ini
menimbulkan polemik setelah diketahui bahwa penghargaan yang diperoleh Risma
bukanlah Socrates Award, tetapi United Europe Award yang dinobatkan bagi mereka
yang memiliki kontribusi pribadi untuk integrasi Eropa. Nama
Risma dan Surabaya juga tidak masuk dalam daftar penerima Socrates Award di
situs EBA. Selain itu, menurut laporan Center for Investigative Reporting
di Sarajevo, Bosnia dan
Herzegovina, pada Agustus 2013, terdapat biaya yang harus
dibayarkan untuk memperoleh penghargaan dari EBA, dan biaya untuk memperoleh
United Europe Award adalah 3.900 euro. Akibatnya, muncul dugaan bahwa Risma
menggunakan anggaran kota untuk "membeli" penghargaan.]Juru bicara pemerintah kota Surabaya Muhammad Fikser
menampik bahwa Risma telah menggunakan anggaran kota untuk mengambil
penghargaan tersebut, dan menyatakan bahwa 3.900 euro digunakan untuk biaya
seminar.
Bahkan
karena terkenal sebagai sosok wanita
yang tegas dan tak kenal kompromi dalam menjalankan tugasnya. Sebagian pejabat
di DPRD pernah berusaha untuk mendepak Risma dari jabatan Wali Kota Surabaya. Contohnya
pada tanggal 31 Januari 2011, Ketua DPRD Surabaya Whisnu Wardhana
menggunakan hak angketnya untuk menurunkan Risma dari posisinya sebagai wali
kota. Ia beralasan bahwa Risma telah melanggar Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) nomor 16/2006 tentang prosedur penyusunan hukum daerah dan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2008. Ia dianggap melanggar karena ia tidak melibatkan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) dalam membahas maupun menyusun Peraturan Wali Kota
Surabaya (Perwali) Nomor 56 tahun 2010 yang mengatur tentang perhitungan nilai
sewa reklame dan Perwali Nomor 57 tentang perhitungan nilai sewa reklame terbatas
di kawasan khusus kota Surabaya yang menaikkan pajak reklame menjadi 25%. Enam
dari dari tujuh fraksi politik yang ada di dewan, termasuk PDIP yang
mengusungnya, mendukung keputusan ini. Hanya fraksi PKS yang menolak dengan
alasan belum cukup bukti dan data. Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi menilai
alasan pemakzulan Risma terlalu mengada-ada. Ia pun menegaskan bahwa Risma
tetap menjabat sebagai Wali Kota Surabaya. Beredar kabar bahwa keputusan
memberhentikan Risma dikarenakan banyaknya kalangan DPRD Kotamadya Surabaya
yang tidak senang akan keputusan Risma menolak keras pembangunan tol tengah
Kota Surabaya dan lebih memilih meneruskan proyek frontage road dan MERR-IIC
(Middle East Ring Road) yang akan menghubungkan area industri Rungkut hingga ke
Jembatan Suramadu via area timur Surabaya.
Meskipun mengaku semakin
tertekan, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyatakan, dirinya tidak akan
mundur dari jabatannya karena dukungan dari masyarakat dan kalangan internal
Pemerintah Kota Surabaya begitu kuat.
”Saya
akan bekerja hingga masa jabatan selesai karena dukungan dari internal ataupun
masyarakat agar saya tidak mundur terus mengalir meski sebenarnya saya semakin
tertekan,” kata Risma kepada Kompas,
Kamis (27/2/2014) malam.
Sebenarnya,
niat untuk mundur pernah diutarakan Risma dalam pertemuan internal Pemkot
Surabaya di ruang kerjanya di lantai 2 Balaikota Surabaya, Kamis pagi. ”Sejak
dari rumah saya sudah niat, sudahlah mundur saja. Saya juga sudah ngomong sama
suami dan anak-anak bahwa saya sudah tidak kuat lagi dan ingin pamit saja
kepada seluruh internal pemkot dalam pertemuan tertutup,” katanya.
Dalam
pertemuan itu, seluruh kalangan dalam pemkot justru meminta Risma tetap bekerja
dan menyelesaikan masa jabatan hingga 2015. ”Mereka siap membantu saya untuk
meneruskan pembangunan di kota ini. Dukungan serupa juga terus mengalir dari
berbagai kalangan di Surabaya. Itulah yang membuat saya pun memilih bertahan,”
ujar ibu dari dua anak ini.
Hasil
pembicaraan dengan kalangan internal pemkot itu, lanjut Risma, diungkapkan
ketika bertemu sejumlah warga yang hendak memberikan dukungan yang sudah
menunggu di lobi Balaikota. ”Ya, sudahlah kerja saja, toh dukungan juga begitu
kuat,” ucap Risma.
Sejumlah
kalangan menyayangkan jika Risma jadi mundur. Agus Purnomo, warga Surabaya yang
pernah menggalang aksi jalanan mendukung Risma pekan lalu, mengatakan, menolak
jika Risma mundur. ”Saya seumur hidup tidak bisa menemukan sosok wali kota
seperti Risma. Kalau jadi mundur, kami akan aksi besar-besaran,” ujarnya tegas.
Pakar
transportasi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Prof Daniel M
Rosyid, berharap Risma tetap bertahan sampai masa jabatan habis. Daniel dan
sejumlah akademisi juga pernah menemui Risma untuk memberikan dukungan. ”Kalau
benar mundur, ini menjadi kerugian besar bagi Surabaya dan PDI-P,” ujar Daniel.
Wakil
Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana, ketika ditemui, membantah jika Risma
menyatakan ingin mundur. ”Kalau ada kabar bahwa Wali Kota mau mundur, itu isu
saja,” katanya.
Whisnu
menegaskan, surat pengunduran diri dari Risma juga tidak pernah ada. Ia bahkan
baru saja berkoordinasi dengan Risma pada Kamis sore untuk membahas pelaksanaan
agenda kerja pada Jumat (28/2/2014).
Sekretaris
Daerah Kota Surabaya Hendro Gunawan juga membantah jika Risma berpamitan dengan
para kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD) untuk mundur. Pertemuan dengan
para kepala SKPD ada, tetapi itu hanya pertemuan rutin untuk koordinasi
kedinasan.
Saat
menghadiri sosialisasi penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak di Markas
Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya pada Kamis siang, Risma menegaskan, tak
akan lari dari tanggung jawab hingga penutupan lokalisasi itu tuntas. Hal ini
menegaskan dirinya tetap menjabat sebagai wali kota untuk mengawal persoalan
lokalisasi di Surabaya.
”Panjenengan (Anda) adalah bagian dari
pertanggungjawaban saya di hadapan Tuhan. Kita insya Allah tak biarkan panjenengantelantar,” kata Risma di hadapan peserta
sosialisasi yang dihadiri warga di sekitar lokalisasi.
Karakteristik dari Tri Rismaharini yaitu :
-
Wanita yang tegas
-
Tak kenal Kompromi dalam menjalankan tugasnya
-
Bekerja Keras
-
Turun langsung ke Lapangan
-
Mau bersosialisasi langsung dengan masyarakat
- Dan beliau pun tetap bertahan untuk menjadi
wali kota Surabaya walau banyak yang ingin menjatuhkannya
sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Tri_Rismaharini
http://regional.kompas.com/read/2014/02/28/0726232/Risma.Saya.Tidak.Akan.Mundur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar