Hambatan-Hambatan
Komunikasi dalam Organisasi
- Hambatan Komunikasi dalam Organisasi
Salah satu karakteristik komunikasi antarmanusia
menegaskan, bahwa tindak
komunikasi akan mempunyai efek yang tidak
dikehendaki. Pernyataan ini bermakna,
bahwa apa yang kita katakan dan apa yang kita
lakukan pada orang lain, tidak selalu
diinterpretasikan sama dengan yang kita kehendaki.
Kenyataan ini dapat terjadi dalam
setiap konteks komunikasi termasuk dalam konteks
komunikasi organisasi. Berikut ini
diuraikan beberapa hambatan komunikasi dalam
organisasi. Menurut Muhammad (1995),
hambatan komunikasi disebabkan karena terjadinya
distorsi komunikasi, yaitu
kekurangan ketepatan atau perbedaan arti antara yang
dimaksudkan oleh si pengirim
dengan arti yang diinterpretasikan oleh si penerima.
Dalam komunikasi organisasi terdapat dua faktor
utama yang menyebabkan
terjadinya hambatan komunikasi, yaitu faktor
personal dan faktor organisasi
Faktor personal biasanya berasal dari konsep kita
mengenai komunikasi sebagai
tingkah laku dan proses untuk memperlihatkan arti
yang ditentukan. Suatu tingkah laku
komunikasi mengaktifkan alat-alat indera kita
seperti penglihatan, pendengaran,
penciuman, pengecap dan perasa. Pada suatu saat, kita
dibombardir oleh bermacammacam
keterbatasan dalam proses komunikasi baik yang
datang dari luar maupun yang
datang dalam diri kita sendiri. Faktor utama yang
memberikan kontribusi pada hambatan
komunikasi adalah persepsi kita mengenai pemberian
komunikasi tersebut. Persepsi
adalah proses pengamatan, pemilihan,
pengorganisasian stimulus yang sedang diamati
dan membuat interpretasi mengenai pengamatan itu.
Dengan demikian, persepsi
berkenaan dengan penerimaan dan penginterpretasian
informasi.
Hal-hal yang berkenaan dengan persepsi yang ikut
mempengaruhi proses
komunikasi adalah sebagai berikut:
1.
Orang Mengamati Sesuatu Secara Seleksi.
Seleksi maksudnya adalah memusatkan perhatian pada
beberapa stimulus dan
mengabaikan stimulus yang lain. Dalam kenyataannya
bila kita memusatkan pengamatan
pada satu aspek dari satu situasi, kita harus
mengabaikan aspek lain. Misalnya kita
melihat ke luar jendela dan memusatkan perhatian
pada kejadian di jalan raya, maka pada
waktu itu kita kurang melihat apa yang terjadi dekat
kita. Oleh karena ada kecenderungan
manusia untuk menyeleksi pesan, menjadikan pesan
yang seharusnya sampai pada
seseorang tetapi tidak diterimanya. Hal ini tentu
juga terjadi dalam organisasi. Misalnya
seorang karyawan kalau sedang asyik memikirkan
masalah keluarganya sambil bekerja,
mungkin tidak akan mendengarkan bila temannya
mengatakan agar menemui kepala
bagiannya. Hal ini akan menghalangi penerimaan pesan
dalam organisasi.
2.
Orang Melihat Sesuatu Konsisten dengan Apa yang Mereka Percayai
Persepsi kita mengenai sesuatu, dipengaruhi oleh
cara kita bicara tentang orang,
benda-benda dan kejadian-kejadian. Apa yang kita
percaya dapat mengubah persepsi kita,
misalnya bila kita percaya bahwa orang itu sangat
pintar dan cerdas, kita akan cenderung
melihat tingkah lakunya konsisten dengan kepercayaan
kita tersebut.
3.
Bahasa itu Sendiri Kadang-kadang Kurang Tepat
Dalam komunikasi, bahasa digunakan untuk menyatakan
persepsi. Namun demikian
kadang-kadang bahasa tidak dapat memberikan secara
tepat apa yang seseorang
maksudkan. Ketidaktepatan itu disebabkan karena
kata-kata bukanlah hal yang
menunjukkan keadaan sebenarnya, misalnya kata
pimpinan belum tentu menunjukkan
pimpinan pribadi, kata pohon bisa saja bukan objek
pohon. Sesungguhnya bahasa yang
tepat, dapat menunjukkan orang atau benda
sebagaimana keadaan yang sesungguhnya.
4.
Arti Sebuah Pesan Terjadi pada Level Isi dan Relasi
Suatu pesan berisi bahasa verbal dan nonverbal. Apa
yang orang katakan dan
bagaimana orang bertingkah laku, berkombinasi untuk
mempertunjukkan pesan yang
dimaksudkan. Tiap pesan dapat dianalisis menurut isi
atau tanda dan menurut level relasi atau interpretasi. Hambatan komunikasi
diakibatkan kegagalan mengenal informasi dan
relasi serta membedakannya dari isi dan
interpretasi.
5.
Tidak Adanya Konsistensi Bahasa Verbal dan Nonverbal
Dalam kenyataan sehari-hari, sering dijumpai tidak
ada konsistensi antara pesan
verbal dan nonverbal, misalnya pesan verbal
mengatakan ya tetapi dalam pesan
nonverbal dapat disimpulkan tidak. Bila hal semacam
ini terjadi, orang cenderung
percaya pada pesan nonverbal. Pesan mungkin salah
dimengerti, terganggu atau kurang
tepat jika tingkah laku nonverbal gagal mendukung
apa yang dikatakan pesan verbal.
6.
Pesan yang Meragukan Sering Mengarahkan pada Gangguan
Keraguan dapat diartikan sebagai tingkat
ketidakpastian berhubungan dengan
informasi atau tindakan. Jika suatu pernyataan
seseorang meragukan, itu berarti kita tidak
pasti apa yang dikatakan orang tersebut. Ada
beberapa tipe keraguan diantaranya
keraguan arti pesan, maksud pesan dan keraguan efek
pesan.
Keraguan arti pesan berkenaan dengan ketidakpastian
perkiraan apa arti pesan
sesungguhnya. Makin besar keraguan arti makin sulit
pesan itu dipahami. Keraguan
maksud pesan berkenaan dengan ketidakpastian
menentukan mengapa pengirim pesan
menyatakan atau menulis pesan tertentu dan kondisi
tertentu. Tingkat ketidakpastian
dapat menggambarkan mengapa orang berkomunikasi
dengan mereka. Keraguan efek,
berkenaan dengan ketidakpastian memprediksi atau
memperkirakan konsekuensi yang
mungkin dari suatu pesan.
Seseorang mungkin gagal memahami suatu pesan atau
mendapat gangguan dalam
mengartikannya karena tidak sanggup menentukan apa
arti yang dimaksudkan oleh si
pengirim, mengapa pesan itu dikirimkan dan apa
konsekuensi dari pemahaman pesan
7.
Kecenderungan Memori ke Arah Penajaman dan Penyamarataan Detail
Orang
mempunyai beberapa pola sistem memori yang mengarah pada hambatan
komunikasi verbal. Beberapa kajian menemukan bahwa
individu yang mempunyai pola
memori penyamarataan, mempunyai lebih sedikit memori
kejadian atau cerita dan cenderung memperlihatkan kehilangan dan memodifikasi
keseluruhan struktur dari cerita,
daripada orang yang mempunyai pola memori penajaman.
Orang yang suka
menyamaratakan, kebanyakan kehilangan tema,
kehilangan cerita secara menyeluruh dan
memperhatikan penambahan pesan yang bersifat
bagian-bagian daripada orang yang
Ada beberapa hal dalam lingkungan organisasi yang
ikut memberikan kontribusi
terhadap adanya hambatan komunikasi, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1.
Kedudukan atau Posisi dalam Organisasi
Kedudukan atau posisi dalam organisasi mempengaruhi
cara orang berkomunikasi.
Anggota-anggota fungsional organisasi yang menduduki
posisi dengan tugas dan otoritas
yang ditetapkan untuk itu akan mempunyai pandangan
dan sistem nilai yang berbeda
dengan orang lain yang mempunyai kedudukan yang
berbeda Tiap-tiap posisi dalam
organisasi menuntut bahwa orang yang menduduki
posisi itu, harus mempersepsi dan
berkomunikasi dari pandangan posisinya.
2.
Hierarkhi dalam Organisasi
Susunan posisi dalam bentuk hierarkhi menggambarkan
bahwa ada orang yang
menduduki posisi superior dan yang lainnya bawahan.
Hirarkhi hubungan atasan dan
bawahan ini mempengaruhi cara seseorang
berkomunikasi. Diantara mereka terdapat
perbedaan dalam persepsi status. Orang yang
menduduki tempat yang lebih tinggi
mempunyai kontrol yang lebih banyak daripada orang
yang ditempatkan pada bagian
bawah. Informasi mungkin terganggu ke atas karena
bawahan harus hati-hati untuk
membicarakan sesuatu yang menarik bagi atasannya
untuk didengar dan menghindarkan
topik atau cara penyampaian yang sensitif terhadap
atasannya.
3.
Keterbatasan Berkomunikasi
Keterbatasan yang ditentukan oleh organisasi yaitu
seseorang boleh
berkomunikasi dengan yang lain dan ketentuan siapa
yang boleh membuat keputusan,
mempengaruhi cara anggota organisasi berkomunikasi.
4.
Hubungan yang Tidak Personal
Hubungan yang tidak personal dalam organisasi
mempengaruhi cara orang
berkomunikasi. Salah satu dari karakteristik
organisasi formal adalah hubungan yang
bersifat formal dan tidak personal.
Hubungan-hubungan yang tidak bersifat personal ini
mengarah kepada tekanan-tekanan yang bersifat
emosional. Organisasi terdiri dari
individu yang tidak dapat mengkomunikasikan perasaan
mereka. Disinilah persoalannya,
siapakah yang mengatur pemecahan masalah mereka ?.
5.
Sistem Aturan dan Kebijaksanaan
Sistem aturan, kebijaksanaan dan aturan-aturan yang
berkenaan dengan pemikiran,
dan perbuatan, mempengaruhi cara-cara orang
berkomunikasi. Pemakaian aturan dan
kebijaksanaan yang kaku mengarahkan ketidakmampuan
membuat persetujuan dan
mengarahkan pada hubungan yang tidak personal dan
kurangnya komunikasi yang
Spesialisasi
tugas mempersempit persepsi seseorang dan mempengaruhi cara orang
berkomunikasi. Individu mengenali bidang keahlian
mereka masing-masing dan gagal
mengintegrasikan tugasnya dengan bagian lain.
Akibatnya seringkali terjadi penundaan
arus komunikasi atau mengelakkan menyampaikan
informasi dari orang ke orang lain.
Akibat lain dari spesialisasi tugas adalah timbulnya
sikap untuk pemilikan informasi.
Sikap ini tidak mendukung kerja kelompok yang
efisien.7. Ketidakpedulian Pimpinan
Ketidakpedulian pimpinan organisasi juga merupakan
penghambat dalam proses
komunikasi. Ada beberapa hal yang memberikan
sumbangan terhadap sikap tidak peduli
a. Pimpinan sering gagal mengirim pesan yang
dibutuhkan karyawan karena mereka
mengira orang telah mengetahuinya, sehingga pimpinan
itu malas, menangguhkan
atau cenderung menahan informasi.
b. Keasyikan mungkin terjadi, karena pimpinan
terlalu berpusat pada dirinya sehingga
mereka tidak mendengar orang lain secara efektif
atau bersikap tidak mempedulikan
Prestise datang dari bermacam-macam bentuk seperti
besarnya kantor atau ruang
kerja, kemewahan perabotan kantor dan mobil kantor.
Apapun bentuknya prestise itu
merupakan penghambat komunikasi diantara orang yang
berbeda levelnya dalam
organisasi. Prestise menjadikan komunikasi antara
orang yang memiliki prestise tinggi
dengan yang rendah menjadi tidak lancar atau bebas.
Hambatan lain juga dapat disebabkan oleh banyaknya
tingkatan atau mata rantai
yang harus dilalui oleh suatu pesan. Pesan yang
dikirimkan secara seri atau berantai
banyak cenderung diubah oleh si penerima sebelum
dilanjutkan pengirimannya. Menurut
Lewis (1987) hanya kira-kira 30% pesan yang dikirim
secara berantai, sesuai dengan
aslinya. Makin banyak mata rantai yang dilalui oleh
pesan, makin memungkinkan pesan
tersebut akan salah diartikan.
DAFTAR PUSTAKA
Goldhaber, Geral M. 1986. Organizational Communication. Brown Pulisher. Iowa Wm.
Lewis, Philip V. 1987. Organizational Communication: The Essence of Effective
Management. John Willey. New York.
Muhammad, Arni. 1995. Komunikasi Organisasi. Bumi Aksara. Jakarta.
Pace, R Wayne dan Faules, Don. 1989. Organizational Communication. Prentice Hall.
New Jersey.